-->

Taarufan dengan PP Salaf Terbaik Lirboyo di Kediri-Jawa Timur Indonesia

Lirboyo, yaitu penamaan sebuah desa yang diterapkan oleh KH Abdul Karim menjadi penamaan sebuah Pondok. Terletak di barat Sungai Brantas, di jurang gunung Willis, Kota Kediri. Awal mula berdiri Pesantren Lirboyo berkaitan erat dengan kepindahan dan menetapnya KH Abdul Karim ke desa Lirboyo tahun 1910 M. Pondok Putra Putri Salaf pun termasuk di pondok unit Pondok Pesantren Tahfidz Quran Terbaik. Bisa Pondok setelah lulus SMA SMP SD, Modern, Pesantren yang bisa sambil kerja.

Pondok Pesantren Lirboyo

Pondok Pesantren Salaf Terbaik di Lirboyo berkembang menjadi sentra studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan dalam momen-momen kemerdekaan, Pesantren Lirboyo turut berperan dalam pergerakan perjuangan dengan mengirimkan santri-santrinya ke medan perang seperti momen 10 November 1945 di Surabaya.

Sebagai Sentra pengajaran Islam, Pesantren Salaf Gratis di Lirboyo mencetak generasi bangsa yang cerdas ruhaniyah, juga smart-intelektual, mumpuni dalam keberagaman bidang, juga keberagamaan Islam yang otentik. PP Lirboyo memadukan antara kultur yang mampu mengisi kemodernitasan dan rupanya sudah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang saleh keagamaan, sekalian saleh sosial. Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Memiliki website di https://lirboyo.net/

Sejarah Didirikannya Pondok Lirboyo Kediri

KH. Abdul Karim (lahir di dusun Banar, Deyangan, Mertoyudan, Magelang, 1858 - meninggal di Lirboyo, Mojoroto, Kediri, 1954 pada usia di antara 97-98 tahun) dari pasangan Kyai Abdur Rahim dan Nyai Salamah. Manab yakni sebutan kecilnya dan merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. Dikala usia 14 tahun, diawali beliau melintang dalam menimba keilmuan agama dan dikala itu beliau berangkat bersama sang kakak (Kiai Aliman)

Pondok yang pertama beliau singgahi terletak di desa Babadan, Gurah, Kediri. Kemudian beliau melanjutkan pengembaraan ke daerah Cepoko, 20 km arah selatan Nganjuk, di sini kurang lebih selama 6 Tahun. Setalah dirasa cukup beliau meneruskan ke Pondok Trayang, Bangsri, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur. di sini beliau memperdalam penganalisisan ilmu agama Al-Quran. Selanjutnya beliau melanjutkan pengembaraan ke PP Sono, sebelah timur Sidoarjo, sebuah PP yang terkenal dengan ilmu Shorof-nya. 7 tahun lamanya beliau menuntut ilmu di Pesantren ini. Berikutnya beliau nyantri di Pondok Pondok Kedungdoro, Sepanjang, Taman, Sidoarjo. Sampai alhasil, beliau Kemudian meneruskan pengembaraan ilmu di salah satu Pesantren besar di pulau Madura, asuhan Ulama’ Kharismatik; Syaikhona Kholil Bangkalan.

Pada usia 40 tahun, KH. Abdul Karim melanjutkan pencarian ilmu di PP Tebu Ireng, Jombang, Jatim. yang mana diasuh oleh sahabat karibnya semasa di Bangkalan Madura, KH. Hasyim Asy’ari. Sampai pada kesudahannya KH. Hasyim asy’ari menjodohkan KH. Abdul Karim dengan putri Kyai Sholeh dari Banjarmlati Kediri, pada tahun 1328 H/ 1908 M.

KH. Abdul Karim menikah dengan Siti Khodijah binti KH. Sholeh. yang mana kemudian dikenal dengan sebutan Nyai Dlomroh. Dua tahun berselang KH. Abdul karim bersama sama sang istri tercinta hijrah ke tempat baru, di sebuah desa yang bernama Lirboyo pada tahun 1910 M. Disinilah titik awal cikal bakal Pesantren Lirboyo.

kemudian pada tahun 1913 M, KH. Abdul karim mendirikan sebuah Masjid di tengah-tengah komplek pondok, sebagai sarana ibadah dan sarana ta’lim wa taalum bagi santri.

Secara garis besar KH. Abdul karim merupakan Sosok yang simpel dan bersahaja. beliau gemar melakukan Riyadlah; mengolah jiwa atau Tirakat, sehingga seakan hari-harinya cuma berisi pengajian dan tirakat. Pada tahun 1950-an, tatkala KH. Abdul Karim menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya -sebelumnya beliau melakukan ibadah haji pada tahun 1920-an- kondisi kesehatannya sudah tidak memungkinkan, tapi sebab keteguhan hati alhasil keluarga mengikhlaskan kepergiannya untuk menunaikan ibadah haji, dengan dipandu sahabat akrabnya KH. Hasyim Asy’ari dan seorang dermawan asal Madiun H. Khozin.

Sosok KH. Abdul Karim yakni Sosok yang betul-betul istiqomah dan berdisiplin dalam beribadah, bahkan dalam segala situasi apapun dan situasi bagaimanapun, hal ini rupanya tatkala beliau menderita sakit, beliau tetap saja rutin tuk memberikan pengajian dan mengimami shalat jamaah, sedangkan seharusnya diantar oleh para santri. Alhasil, pada tahun 1954, tepatnya hari senin tanggal 21 Ramadhan 1374 H, KH. Abdul Karim berpulang kerahmatullah, beliau dimakamkan di belakang masjid Lirboyo. Selanjutnya ending dari cerita Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri moga-moga berfaidah Pondok Putra Putri Salafi pun include di dalamnya Pondok Pesantren Hafidz Qur'an Favorit. Bisa Ponpes setelah lulus SMA SMP SD, Modern, Pondok Pesantren yang bisa sambil kerja.

SeeCloseComment