-->

Berkenalan dengan Pondok Pesantren Salaf Terbaik Al-Falah di Ploso Kediri . Jawa Timur , Indonesia

Pondok Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri adalah Institusi Pengajaran Islam Salaf Berakidah Ahlussunnah Wal Jamaah. Berawal dari kemauan mengamalkan ilmu pengetahuan agama yang didapatkannya dari kota Makkah al-Mukarromah, KH. Ahmad Djazuli Usman memulai berdirinya sebuah PP.

Ponpes Putra Putri Salaf pun termasuk di pondok unit Pondok Pesantren Tahfidz Alquran Terbaik. Bisa Pondok Pesantren setelah lulus SMA SMP SD, Modern, Pondok Pesantren yang bisa sambil kerja.

Visi dan Misi Pondok Pesantren Al Falah Ploso ialah

VISI kami Mencetak para santri sebagai kader ahlus sunnah wal jama’ah yang teguh dalam pinsip ilmiyah-amaliyah dan amaliyah-ilmiyah

Misi kami Pertama Mengembangkan PP secara keilmuan dan kelembagaan serta melakukan pencerahan terhadap masyarakat lewat kegiatan ta’lim, tarbiyah dan ta’dib

Kedua, Memaksimalkan kompetensi tamatan Pesantren lewat pembekalan tata krama, skill dan penguatan di bidang ilmiyah-amaliyah dan amaliyah-ilmiyah.

Sejarah Lembaga Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri

Pertengahan tahun 1924, dengan satu masjid dan seorang santri bernama Muhammad Qomar, yang tidak lain yakni kakak iparnya sendiri, Haji Djazuli mulai merintis Pesantren.

Beliau meneruskan pengajian untuk buah hati‑buah hati desa sekitar Ploso yang sudah diawalinya dengan pulang pergi sejak masih berada di Karangkates. Jumlah murid pertama yang ikut serta mengaji ± 12 orang.

Di ujung tahun 1924 itu seorang santri Tremas bernama Abdullah Hisyam asal Kemayan (± 3 km selatan Ploso) datang berkunjung terhadap Haji Djazuli sambil membawa salam dan surat‑surat dari sahabat lamanya.

Akibatnya Hisyam melanjutkan belajarnya terhadap kyai Djazuli yang memang sudah dikaguminya sejak di Tremas.

Berbekal ambisi yang kuat, pada tanggal 1 Januari 1925 kyai Djazuli mengajukan surat permohonan pemantauan terhadap pemerintah Belanda untuk institusi baru yang kemudian dikenal dengan nama Al Falah.

Sebab Madrasah tersebut belum punya gedung maka daerah belajarnya menerapkan serambi masjid. Inilah awal keberangkatan Haji Djazuli menjadi seorang Kyai di usia yang masih muda, yakni 25 tahun.

Cerita tentang berdirinya Madrasah sudah terdengar di kalangan yang lebih luas sampai satu demi satu santri berdatangan dan menetap di Ploso. H. Ridwan Syakur, Baedlowi dan Khurmen, ketiganya dari Sendang Gringging ditambah H. Asy’ari dan Berkah dari Ngadiluwih merupakan santri‑santri pertama yang menetap.

Suasana sudah terasa ramai dan masjidpun terasa sesak yang memunculkan keadaan sulit baru merupakan mendesaknya pengadaan ruang belajar yang memadai.

Direncanakanlah pembangunan sebuah bangunan Madrasah. Dengan segenap energi, fikiran dan jerih payah yang tidak ternilai, Kyai Djazuli keliling desa guna mengumpulkan dana untuk pembangunan tersebut. Beliau wajib mengayuh sepeda berpuluh‑puluh kilometer sampai Kediri, Tulungagung, Trenggalek dan adakalanya ke Blitar. Tapi tidak sia‑sia banyak hartawan dan dermawan mengulurkan tangan sehingga pengembangan langsung dapat dilakukan.

diketuai oleh seorang tukang bangunan bernama Hasan Hadi, seluruh santri bahu membahu bergotong royong, begitu juga Kyai dan Ibu Nyai.

Sampai pembangunan sudah sesuai untuk ditempati, tinggallah semen untuk lantai yang tidak terjangkau oleh dana. Tidak ada rotan akarpun jadi, maka dipakailah batu bata merah untuk lantainya, sehingga Madrasah yang terletak di depan Masjid dan terdiri dari 2 lokal itu terkenal dengan sebutan Madrasah Abang (Madrasah Merah).

Momen ini terjadi pada tahun 1927. Konon KH. Hasyim Asy’ari berkenan hadir pada acara selamatan/ syukuran pengembangan Madrasah tersebut, suatu peresmian yang sangat simpel.

Banyaknya santri yang menetap sudah tidak tertampung lagi di Masjid sehingga timbullah persoalan lagi ialah pengadaan asrama(Pondok Pesantren) daerah beralamat bagi para santri.

Maka pada tahun berikutnya (1928) dibangunlah asramapertama yang diberi nama Pondok D (Darussalam) yang disusul pada tahun berikutnya dengan pendirian Pondok C (Cahaya) yang semula diperuntukkan sebagai daerah mujahadah bagi para santri.

Pada tahun 1939 dibangunlah komplek A (Andayani), sebuah asrama berlantai dua dilengkapi sebuah musholla di depannya.

Dengan tersedianya asramaD, C dan sekarang A beserta musholla yang ialah hak milik PP Salaf Favorit di diharapkan santri dapat damai mengikuti pengajian dan aktivitas‑kesibukan belajar lainnya.

Pada akhir masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1941, kantor kenaiban diputuskan untuk pindah ke Mojo (6 km utara Ploso).

Tentu saja perpindahan tersebut meninggalkan kekayaan yang berharga, di antaranya sebuah masjid, pendopo kenaiban, rumah‑rumah dan tanah pekarangan yang cukup luas. Untuk dapat memiliki kekayaan tersebut pihak Pondok diminta untuk menyediakan tanah pengganti di Mojo. Untuk itu Pesantrenmengeluarkan biaya 71 gulden Belanda

Yang ter akhir dari Kisah ini, lumayan panjang dan bahkan itu kesemuanya belumlah termasuk sempurna. Demi lebih sempurna kami Anjurkan langsung ke situs Pesantren Salafy Terbaik di Al Falah Ploso di https://alfalahploso.net/, selesai

Ponpes Putra Putri Salafi serta include di pondok unit Pesantren Hafidz Qur an Terbaik. Bisa Pondok setelah lulus SMA SMP SD, Modern, Pondok Pesantren yang bisa sambil kerja.

SeeCloseComment